Budaya
Suku Banjar
- · Sejarah Suku Banjar
Suku bangsa Banjar (bahasa Banjar: Urang Banjar) atau Oloh
Masih adalah suku bangsa atau etnoreligius Muslim yang menempati sebagian besar
wilayah Provinsi Kalimantan Selatan, dan sejak abad ke-17 mulai
menempati sebagian Kalimantan Tengah dan sebagian Kalimantan Timur terutama kawasan dataran rendah dan bagian hilir
dari Daerah Aliran Sungai (DAS) di wilayah tersebut. Suku Banjar terkadang juga
disebut Melayu Banjar, tetapi penamaan tersebut jarang digunakan. Suku bangsa
Banjar berasal dari daerah Banjar yang merupakan pembauran masyarakat
DAS Bahau (koreksi: DAS Bahan/DAS Negara), Das Barito, DAS Martapura dan DAS
Tabanio. Sungai Barito bagian hilir merupakan pusatnya suku Banjar. Kemunculan
suku Banjar bukan hanya sebagai konsep etnis tetapi juga konsep politis,
sosiologis, dan agamis. Sejak abad ke-19, suku Banjar mulai bermigrasi ke
banyak tempat di Kepulauan Melayu dan mendirikan kantong-kantong
pemukiman di sana.
- · Bahasa
Bahasa Banjar merupakan bahasa ibu
Suku Banjar. Bahasa ini berkembang sejak zaman Kerajaan Negara Dipa dan Daha yang bercorak Hindu-Buddha hingga
datangnya agama Islam di Tanah Banjar. Banyak kosakata-kosakata bahasa
ini sangat mirip dengan Bahasa Dayak, Bahasa Melayu, maupun Bahasa Jawa.
- · Kebudayaan
Keterampilan Mengolah Lahan Pasang
Surut
Salah satu keahlian orang Banjar
adalah mengolah lahan pasang surut menjadi kawasan budi daya pertanian dan
permukiman. Kota Banjarmasin didirikan di atas lahan pasang
surut.
- · Rumah Banjar
Rumah Banjar adalah rumah tradisional suku
Banjar. Arsitektur tradisional ciri-cirinya antara lain mempunyai perlambang,
mempunyai penekanan pada atap, ornamental, dekoratif dan simetris. Rumah
tradisonal Banjar adalah tipe-tipe rumah khas Banjar dengan gaya dan ukirannya
sendiri mulai berkembang sebelum tahun 1871 sampai tahun 1935. Dari sekian banyak jenis-jenis
rumah Banjar, tipe Bubungan Tinggi merupakan jenis rumah Banjar yang
paling dikenal dan menjadi identitas rumah adat suku Banjar.
- · Tradisi lisan
Tradisi lisan oleh Suku Banjar
sangat dipengaruhi oleh budaya Melayu, Arab, dan Cina. Tradisi lisan Banjar (yang
kemudian hari menjadi sebuah kesenian) berkembang sekitar abad ke-18 yang di
antaranya adalah Madihin dan Lamut. Madihin berasal dari bahasa Arab, yakni madah (ﻤﺪﺡ) yang
artinya pujian. Madihin merupakan puisi rakyat anonim bertipe hiburan yang
dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar dengan bentuk fisik dan bentuk
mental tertentu sesuai dengan konvensi yang berlaku secara khusus dalam
khasanah folklor Banjar di Kalsel. Sedangkan Lamut adalah sebuah tradisi berkisah yang
berisi cerita tentang pesan dan nilai-nilai keagamaan, sosial dan budaya
Banjar. Lamut berasal dari negeri Cina dan mulanya menggunakan bahasa Tionghoa. Namun, setelah dibawa ke Tanah Banjar oleh pedagang-pedagang Cina, maka
bahasanya disesuaikan menjadi bahasa Banjar.
- · Teater
Satu-satunya seni teater tradisional
yang berkembang di pulau Kalimantan adalah Mamanda. Mamanda adalah seni teater atau
pementasan tradisional yang berasal dari Kalimantan Selatan. Dibanding dengan seni pementasan
yang lain, Mamanda lebih mirip dengan Lenong dari segi hubungan yang terjalin
antara pemain dengan penonton. Interaksi ini membuat penonton menjadi aktif
menyampaikan komentar-komentar lucu yang disinyalir dapat membuat suasana jadi
lebih hidup.
Bedanya, Kesenian lenong kini lebih
mengikuti zaman ketimbang Mamanda yang monoton pada alur cerita kerajaan. Sebab
pada kesenian Mamanda tokoh-tokoh yang dimainkan adalah tokoh baku seperti
Raja, Perdana Menteri, Mangkubumi, Wazir, Panglima Perang, Harapan Pertama,
Harapan kedua, Khadam (Badut/ajudan), Permaisuri dan Sandut (Putri).
Tokoh-tokoh ini wajib ada dalam
setiap Pementasan. Agar tidak ketinggalan, tokoh-tokoh Mamanda sering pula
ditambah dengan tokoh-tokoh lain seperti Raja dari Negeri Seberang, Perompak,
Jin, Kompeni dan tokoh-tokoh tambahan lain guna memperkaya cerita.
Disinyalir istilah Mamanda digunakan
karena di dalam lakonnya, para pemain seperti Wazir, Menteri, dan Mangkubumi
dipanggil dengan sebutan pamanda atau mamanda oleh Sang Raja.
Mamanda secara etimologis terdiri dari kata “mama” (mamarina) yang
berarti paman dalam bahasa Banjar dan “nda” yang berarti terhormat.
Jadi mamanda berarti paman yang terhormat. Yaitu “sapaan” kepada paman yang
dihormati dalam sistem kekerabatan atau kekeluargaan.
- · Musik
Salah satu kesenian berupa musik
tradisional khas Suku Banjar adalah Musik Panting. Musik ini disebut Panting karena
didominasi oleh alat musik yang dinamakan panting, sejenis gambus yang memakai
senar (panting) maka disebut musik panting. Pada awalnya musik panting berasal
dari daerah Tapin, Kalimantan Selatan. Panting merupakan alat musik yang
dipetik yang berbentuk seperti gabus Arab tetapi ukurannya lebih kecil. Pada
waktu dulu musik panting hanya dimainkan secara perorangan atau secara solo.
Karena semakin majunya perkembangan zaman dan musik panting akan lebih menarik
jika dimainkan dengan beberapa alat musik lainnya, maka musik panting sekarang
ini dimainkan dengan alat-alat musik seperti babun, gong,dan biola dan
pemainnya juga terdiri dari beberapa orang. Nama musik panting berasal dari
nama alat musik itu sendiri, karena pada musik panting yang terkenal alat musik
nya dan yang sangat berperan adalah panting, sehingga musik tersebut dinamai
musik panting. Orang yang pertama kali memberi nama sebagai musik panting
adalah A. SARBAINI. Dan sampai sekarang ini musik panting terkenal sebagai
musik tradisional yang berasal dari Kalimantan Selatan.
Selain itu, ada sebuah kesenian
musik tradisional Suku Banjar, yakni Musik Kentung. Musik ini berasal dari daerah Kabupaten Banjar yaitu di desa Sungai Alat,
Astambul
dan kampung Bincau, Martapura. Pada masa sekarang, musik kentung
ini sudah mulai langka. Masa dahulu alat musik ini dipertandingkan. Dalam
pertandingan ini bukan saja pada bunyinya, tetapi juga hal-hal yang bersifat
magis, seperti kalau dalam pertandingan itu alat musik ini bisa pecah atau
tidak dapat berbunyi dari kepunyaan lawan bertanding.
- · Tarian
Seni Tari Banjar terbagi menjadi
dua, yaitu seni tari yang dikembangkan di lingkungan istana (kraton), dan seni
tari yang dikembangkan oleh rakyat. Seni tari kraton ditandai dengan nama
“Baksa” yang berasal dari bahasa Jawa (beksan) yang menandakan kehalusan gerak
dalam tata tarinya. Tari-tari ini telah ada dari ratusan tahun yang lalu,
semenjak zaman hindu, namun gerakan dan busananya telah disesuaikan dengan
situasi dan kondisi dewasa ini. Contohnya, gerakan-gerakan tertentu yang
dianggap tidak sesuai dengan adab islam mengalami sedikit perubahan.
- · Kuliner
Masakan tradisional Banjar
diantaranya: sate Banjar, soto Banjar, kue bingka dan lain-lain.