Sunday, 4 January 2015

Perjalanan Merry Riana, Miliarder di Usia Muda




Mandiri dalam finansial adalah mimpi setiap orang apalagi bagi mereka yang masih berjiwa muda. Hal ini berhasil di raih oleh wanita energik yang tak pernah henti-hentinya berusaha demi meraih keberhasilannya. Merry Riana namanya.

Muda, cantik, dan penuh pesona, itulah yang mungkin akan terlintas ketika melihat sosok wanita ini. Namanya melejit di dunia internasional berkat kesuksesan meraup penghasilan satu juta dolar AS di usia 26 tahun.
Tidak semudah membalikkan telapak tangan. Perjalanannya meraih sebuah kejayaannya pun menempuh sejumlah permasalahan. Mulai dari gagal tes masuk dunia perkuliahan hingga kehilangan uang puluhan dollar. Bagaimana wanita cantik ini bisa meraih miliaran rupiah di usia muda? Berikut kisah perjalanannya.

1. Cita-cita kandas Teknik Elektro

Sebelum hijrah dari Tanah Air ke Singapura untuk meraih kesuksesan, Merry sempat bermimpi melanjutkan pendidikannya di Jurusan Teknik Elektro Universitas Trisakti. Namun cita-citanya itu harus pupus lantaran kerusuhan besar di Jakarta tahun 1998.

Kerusuhan terjadi bukan kerusuhan biasa. Tumpah darah, perusakan dan korban jiwa tergambar jelas di sekitar Jakarta. Demi keselamatan dan tak mau ambil risiko, kedua orangtuanya pun akhirnya memutuskan untuk menyekolahkan Merry di Singapura.

2. Gagal tes bahasa Inggris di Nanyang Technological University

Karena keputusan kedua orangtua yang begitu mendadak, sesampainya di Singapura Merry tidak memiliki persiapan yang cukup. Dia pun gagal tes bahasa inggris di Nanyang Technological University.

Tanpa persiapan bekal dana yang memadai pula, Merry meminjam dana dari pemerintah Singapura untuk memenuhi segala kebutuhannya selama hidup di Negeri Singa.
Cukup banyak total pinjamannnya kala itu yang mencapai 40.000 dollar Singapura. Dengan uang saku yang sangat minim, Merry harus menjalani hari-harinya dengan superhemat. Untuk makan saja dia lebih sering makan roti atau mi instan, bahkan berpuasa.

3. Target kebebasan finansial sebelum 30

Tak masalah dengan keterbatasan dana saat di Singapura. Di tahun keduanya kuliah di Negeri Singa, Merry pun mulai membangun segelintir impiannya. Ia memiliki tekad besar mencapai sebuah kebebasan finansial sebelum umurnya menginjak angka kepala tiga.



Meski sudah punya mimpi dan didukung semangat, ketika itu Merry masih dilanda kebingungan cara seperti apa yang tepat untuk mewujudkan angan-angannya itu.
Merry akhirnya magang di perusahaan produsen semikonduktor. Namun di situ ia berpikir upah yang didapatnya baru bisa melunasi utang dalam waktu 10 tahun, tanpa tabungan. Dan artinya Merry tidak bisa mewujudkan cita-citanya yang ingin meraih kebebasan finansial di bawah umur 30 tahun.

4. Merry Riana Organization

Tak pernah mengeluh dan putus asa, Merry terus memutar otak bagaimana caranya agar apa yang diinginkan bisa tercapai. Dia memutuskan untuk berwirausaha meskipun tak punya bekal pendidikan dan pengalaman bisnis.

Dalam perjalannya Merry sempat punya pengalaman pahit. Pernah mencoba praktik dengan terjun ke multi-level marketing meski akhirnya rugi 200 dollar. Bahkan pernah kehilangan 10.000 dollar ketika memutar uangnya di bisnis saham. Mentalnya sempat jatuh meski dalam kondisi tersebut masih bisa menyelesaikan kuliah.

Setahun bekerja setelah tamat kuliah, tepatnya di usia 23 tahun, Merry sudah berpenghasilan 220.000 dollar Singapura. Kira-kira sekitar Rp 1,5 miliar dan ia mendirikan Merry Riana Organization (MRO) di tahun 2004.

5. Total penghasilan Rp 7 miliar

Jatuh bangunnya perjuangan Merry seperti dijadikan pengalaman yang sangat berharga bagi dirinya. Bersama timnya di MRO, Merry memiliki program pemberdayaan perempuan dan anak-anak muda. Melalui perusahaan besutannya sendiri ini, Marry mulai tumbuh dan dikenal sebagai seorang motivator serta pembicara ulung.

Dua tahun berikutnya di usia 26 tahun, penghasilan totalnya mencapai 1 juta dollar Singapura atau sekitar Rp 7 miliar. Kini setelah apa yang dicita-citakan sudah tercapai, wanita kelahiran Jakarta 29 Mei 1980 ini pun memutuskan untuk menetap kembali di Indonesia dan berbagi ilmu agar memiliki hidup yang lebih berarti.


No comments:

Post a Comment